Sabtu, 10 September 2011

SURAT BERACUN

Keluaran 23:1-3
Sejak 1928, ratusan surat beracun dikirimkan kepada warga Teluk Robin Hood, desa berpenduduk 800 orang di pantai timur Inggris. Masing-masing penerima merasa hanya dirinyalah yang diserang sehingga tak ada yang menceritakannya. Baru pada 1948 diketahui bahwa hampir semua penduduk desa itu pernah menerimanya. Isi surat itu begitu kasar, bengis, penuh tuduhan tanpa bukti. Ada yang dituding melakukan kejahatan melacur, membunuh bayi, dan melakukan inses. Begitulah, lebih dari dua dekade surat itu telah menyebarkan kemuraman, antara lain mengakibatkan tiga pendeta sebuah gereja secara berturut-turut mengundurkan diri dan pindah. Sayangnya, penulis surat keji itu belum terbongkar.

Firman Tuhan secara tegas melarang kita menyebarkan kabar bohong, meneruskan gosip, atau memberikan kesaksian palsu. Kebohongan jelas berbanding terbalik dengan karakter firman Tuhan, yang disebut juga sebagai firman kebenaran. Allah yang kita sembah tidak pernah berdusta. Lebih jauh lagi, kebohongan merusak hubungan dan merobek jalinan kepercayaan dalam keluarga dan masyarakat, serta mengacaukan sistem peradilan. Bayangkan apabila Anda salah seorang penduduk Teluk Robin Hood yang menerima surat beracun itu.

Mungkin bukan kita yang memantik dusta itu, tetapi kita turut memikul tanggung jawab atas kerusakan yang terjadi apabila kita menyebarkannya. Padamkan gosip dengan menolak mendengarkan dan meneruskannya. Seperti dikatakan ibu Thumper si kelinci dalam film Bambi, ”Kalau kau tidak dapat mengucapkan sesuatu yang baik, lebih baik tutup mulutmu”.

PERKATAAN ITU LEBIH TAJAM DARIPADA PEDANG, SANGGUP MEMBUNUH TANPA MENUMPAHKAN DARAH
(Arie Saptaji)

Baca Selanjutnya..

Rabu, 07 September 2011

Janji Tuhan

Yesaya 30:15-26
Sudah tujuh belas tahun lebih saya me¬¬li¬hat dunia dengan bantuan kaca¬ma¬ta. Beberapa tahun terakhir ini saya makin sa¬dar akan risiko-risiko yang mungkin mun¬¬cul karena kondisi mata saya—ke¬mung¬¬kinan lepasnya lensa mata, meni¬pis¬nya kornea, maupun kebutaan. Kesadaran ini mengubah kehidupan saya. Setiap pa¬gi, saat saya membuka mata dan melihat ba¬¬yang-bayang kabur, saya bersyukur da¬lam hati. “Tuhan, terima kasih.

Saya ma-sih bisa melihat”. Saya tahu, ada ke¬mung¬kin¬¬an saya bangun dan tak dapat melihat apa pun. Jadi, saya sangat bersyukur apa¬bi¬la ha¬¬ri ini saya masih bisa melihat, mes¬ki de¬ngan keterbatasan. Terkadang Tuhan mengizinkan kita un¬¬tuk menyadari, bahkan mengalami kera¬¬¬puh¬an hidup dan ketidakberdayaan, supaya Dia dapat menun¬juk-kan kasih-Nya kepada kita. Demikian pula saat menghadapi ta¬hun yang baru. Kerap kali kita menjadi pesimis di tengah terpaan kri¬sis eko¬nomi global, krisis pangan, perubahan iklim, atau bayang-ba¬yang PHK. Di tengah kesesakan hidup, mungkin kita berpikir bah¬wa Tuhan “sengaja ingin membuat kita menderita”.

Namun, itu ti¬dak benar. Tu¬han berfirman kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya bah¬wa “Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan ka¬sih-Nya ke¬pada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi ka¬mu” (ayat 18). Yang perlu kita lakukan adalah bertobat dan tinggal di¬am; ting¬gal tenang dan percaya (ayat 15). Sementara menghadapi segala kerapuhan hidup atau berbagai an¬¬caman yang menghadang, kita dapat memegang janji Tuhan. Bah¬¬wa Dia menanti-nantikan saat untuk menunjukkan kasih-Nya, me¬¬lalui apa pun yang terjadi

BERKAT TUHAN TERLALU BESAR HINGGA APA PUN YANG MENIMPA, KITA AKAN SELALU TEGAR
(Grace Suryani)
Baca Selanjutnya..

Selasa, 06 September 2011

Tebar Pesona


2 Samuel 2:1-7
Untuk menjadi pemimpin dalam perusahaan atau organisasi tertentu, beberapa orang terkadang berkompetisi demi mendapat dukungan dan simpati dari rekan kerja maupun atasan; atau tebar pesona demi mendapat dukungan orang lain. Masing-masing akan menyiapkan diri sedemikian rupa untuk dapat menjadi pemimpin pada saatnya kelak. Namun, mari kita belajar kepada Daud mengenai hal ini.

Alkitab memberitahukan bahwa Daud ditetapkan oleh Allah menjadi pemimpin sejak pipinya masih kemerah-merahan atau masih muda—jauh sebelum Saul meninggal dunia. Akan tetapi, hal itu tidaklah membuat Daud jumawa lalu tebar pesona ke penjuru Israel untuk mendapat dukungan, serta menjelek-jelekkan keluarga Saul. Sebaliknya, Daud tetap taat menanti waktu Tuhan. Saul, orang yang akan ia gantikan, tetap ia hormati sebagai orang yang diurapi oleh Allah. Dan, ia tetap menjalani hidupnya secara biasa-biasa saja sebagai rakyat yang harus menghormati rajanya. Sikap Daud yang tetap sabar menanti waktu Tuhan dan tetap menghormati Saul, adalah hal yang perlu kita tiru.

Kekuasaan memang telah lama menjadi salah satu hal yang menyilaukan mata manusia selain harta. Orang berlomba-lomba menggapainya. Terkadang beberapa orang berkompetisi memakai cara-cara yang tidak sehat. Mulai dari tebar pesona, memberi janji yang muluk, membagikan uang, sampai menyikut kiri-kanan, menjilat sana-sini. Padahal seharusnya kita menyadari bahwa di dalam Tuhan, segala sesuatu ada waktunya. Dan, kalaupun kita berusaha meraihnya, seharusnya kita tetap menggunakan cara yang berkenan di hadapan Allah dengan tetap menghormati satu sama lain.

APABILA TUHAN MENGARUNIAKAN KEKUASAAN PADA SESEORANG
TUHAN JUGA AKAN MEMBERINYA HIKMAT UNTUK MENGELOLANYA (Riand Yovindra)

Baca Selanjutnya..

Senin, 05 September 2011

Kristus Mati Ganti Kita

2 Korintus 5:11-21
Shi Jian Feng—seorang petani dari Tiongkok—dijatuhi hukuman seumur hidup karena dianggap menghindar membayar biaya tol sebanyak 2.300 kali, senilai Rp 5.050.000.000,-. Namun, setelah putusan diambil, tiga hakim yang mengadili perkaranya dicopot dari jabatannya. Pasalnya, adik Jian Feng yang bernama Shi Jun Feng menyerahkan diri kepada polisi dan mengakui bahwa kakaknya itu tidak bersalah. Sang kakak hanya mengambil alih kesalahannya. Dan, Jun Feng pun mengaku telah menyuap petugas pengadilan. Mungkinkah Jian Feng meniru apa yang telah dilakukan Yesus Kristus?

Sebagai Allah Sang Putra, Yesus hadir di dunia sebagai manusia sejati yang sama dengan kita, tetapi Dia tidak berdosa (Ibrani 4:15). Karena semua orang telah jatuh ke dalam dosa maka tak seorang pun berhak menggantikan hukuman sesamanya yang berdosa. Hanya Yesus; manusia Allah itulah yang pantas menggantikannya. Dia pun memberi diri-Nya untuk mati disalibkan, menggantikan kutuk dosa semua umat manusia (2 Korintus 5:21). Dan karena Dia Allah, Yesus berhak mengampuni dosa.

Di atas salib itulah keadilan dan kasih Allah bertemu, hingga dosa seluruh umat manusia lunas terbayar. Diberkatilah orang-orang yang mau percaya dan menerima anugerah pengampunan-Nya. Agar manusia lamanya dimatikan di atas salib Kristus, dan ia menjalani hidup baru untuk Kristus yang telah menebus dosanya (ayat 14-15). Hidupnya penuh syukur, dalam persekutuan dan ketaatan kepada Allah. Hingga ia mampu membangun relasi baru dengan sesama dalam kasih, kejujuran, sikap saling mengampuni dan memberkati.

HANYA YESUS YANG MAU DAN MAMPU MENGGANTIKAN POSISI KITA SEBAGAI SANG TERDAKWA DOSA(Susanto, S.Th)
Baca Selanjutnya..