Kamis, 22 Maret 2012

Fleksibel


Amsal 8:1-36
Seorang pria masuk ke sebuah bank untuk melakukan sebuah transaksi. Sang teller minta maaf sambil menjelaskan bahwa transaksi itu tidak dapat dilakukan karena petugas yang bersangkutan sedang berhalangan. Maka pria ini pun siap-siap pergi sambil meminta teller tersebut memvalidasi resi parkirnya. Hanya saja dengan tegas sang teller mengatakan bahwa kebijakan bank mereka tidak mengijinkan validasi parkir kalau nasabah tidak bertransaksi. Pria ini mohon dispensi karena toh ia bermaksud melakukan transaksi dan petugasnya sendiri yang berhalangan. Meski demikian sang teller tetap bersikeras sambil berkata bahwa ini sudah kebijakan dari bank yang tidak bisa diganggu gugat. Kesal terhadap kebijakan yang sedemikian kaku, pria ini melakukan transaksi yaitu dengan menarik seluruh dananya yang ada di bank itu sebesar $ 1.5 juta! Teller ini tidak tahu bahwa pria tersebut adalah John Acres, pimpinan puncak IBM!

Bank tersebut kehilangan nasabah yang sangat besar hanya karena menerapkan kebijakan yang sangat kaku. Kita tahu bahwa setiap perusahaan harus memiliki aturan-aturan yang jelas, namun itu bukan berarti kita harus kehilangan fleksibelitas dalam penerapannya. Jika setiap aturan diterapkan dengan cara yang sedemikian kaku, aturan-aturan tersebut tidak akan menjadikan perusahaan tersebut tambah maju, justru sebaliknya perusahaan tersebut kehilangan peluang atau kesempatan yang sangat berarti.

Jika Anda seorang pemimpin, Anda harus memberikan aturan main yang jelas dalam perusahaan Anda, namun pada saat yang sama Anda harus memiliki sikap lentur dalam menerapkan aturan tersebut. Mengapa harus fleksibel dalam menerapkan peraturan tersebut? Karena kita menghadapi orang-orang yang beragam dengan kepribadian yang beragam dan dengan kasus yang beragam. Buatlah peraturan yang tegas, terapkanlah dengan fleksibel. Dengan cara seperti inilah peraturan yang kita buat bisa memiliki nilai manfaat. Tidak menghambat kemajuan kita sendiri, tapi akan memberikan sumbangsih yang berarti bagi kemajuan perusahaan.

Peraturan dibuat untuk memajukan perusahaan bukan menghambat kemajuan perusahaan.


» Artikel Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit
Baca Selanjutnya..

Rabu, 21 Maret 2012

Warisan Bernilai

Amsal 13:22-25
Ketika John Lennon ditembak di New York tahun 1980, mantan anggota The Beatle itu meninggalkan uang $ http://www.blogger.com/img/blank.gif550 juta, ditambah lagu Imagine, lagu cinta dan perdamaian dunia, yang diwariskan bagi dunia. Itu yang tampak dari luar. Namun majalah Time berhasil mewancarai Julian, putra John Lennon yang berkata jujur tentang seperti apa ayahnya itu, “Satu-satunya yang diajarkan dan diwariskan ayah kepada saya adalah bagaimana caranya tidak menjadi seorang ayah. Dari sudut pandang saya, ia adalah orang yang munafik. Ayah boleh saja menggaungkan perdamaian dan cinta ke seluruh dunia, tetapi ia tidak pernah menunjukkannya kepada orang-orang yang seharusnya paling berarti baginya, isteri dan putranya. Bagaimana Anda bisa berbicara tentang perdamaian dan cinta namun memiliki keluarga yang tercerai berai, tidak ada komunikasi, perzinahan, dan perceraian?

Membaca kisah hidup John Lennon yang diungkap oleh anaknya sendiri sangatlah menyedihkan. Meski ia terlihat begitu sukses dan kaya, sebenarnya ia sangatlah miskin dan gagal dalam menjalani kehidupan. Sebagi orang percaya, jangan sampai kita terjebak dengan materialisme sehingga menganggap bahwa uang, kekayaan dan pekerjaan adalah segala-segalanya. Ingatlah bahwa keluarga dan anak-anak kita jauh lebih penting dari semuanya itu.

Meski John Lennon mewariskan $ 550 juta, ia gagal mewariskan arti kehidupan yang sebenarnya kepada http://www.blogger.com/img/blank.gifkeluarga. Meski John Lennon berhasil mewariskan lagu Imagine bagi perdamaian dunia, ia gagal mewariskan cinta dan perdamaian di keluarganya. Berbicara tentang warisan, hampir kebanyakan orang selalu mengaitkan hal ini dengan uang, kekayaan atau segala sesuatu yang bersifat materi. Namun sebenarnya ada warisan yang jauh lebih berharga dan bernilai dibandingkan semua materi tersebut, yaitu teladan hidup dan nilai-nilai kehidupan. Warisan berupa kekayaan dan materi bisa hilang, namun warisan berupa teladan dan nilai-nilai kehidupan akan dikenang sepanjang masa. Belum terlambat untuk mewariskan nilai-nilai hidup yang sebenarnya kepada keluarga kita.

Nilai-nilai hidup yang diwariskan lebih berharga daripada kekayaan manapun.



» Artikel Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit
Baca Selanjutnya..

Selasa, 20 Maret 2012

Memulai dengan Doa


Mazmur 88:1-13
Beberapa orang tidak akan memulai harinya tanpa secangkir kopi hangat lebih dulu. Ketika bangun paghttp://www.blogger.com/img/blank.gifi, tidak ada yang lebih penting daripada aroma kopi hangat yang semerbak. Tanpa bermaksud mengada-ada, bagi beberapa orang hal ini kadangkala menjadi pola hidup yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Seandainya saja pagi itu tidak ada kopi yang disediakan, bisa-bisa ia meledak dalam kemarahan dan sepanjang hari yang dilewati terasa begitu ganjil.

Meski demikian, ada pola hidup yang lebih baik daripada sekedar memulai hari dengan secangkir kopi hangat. Awalilah kehidupan dengan doa! Jika kita bisa kecanduan berat dengan kopi di waktu pagi hari, mengapa kita tidak bisa kecanduan dengan waktu-waktu kita bersama Tuhan di dalam doa? Bukankah harusnya kita akan merasa tidak siap untuk menjalani kehidupan kita dalam sepanjang hari seandainya tidak ada doa yang kita naikkan kepada Allah lebih dulu. Bahkan seharusnya kita merasa ada yang ganjil jika memulai hari kita tanpa doa.

Doa di pagi hari adalah kunci agar kita bisa berkemenangan dalam sepanjang hari. Doa di pagi hari adalah seperti alam yang menantikan embun dari atas, kunci kita mendapat kesegaran dalam kehidupan. Doa di pagi hari adalah seperti menantikan hangatnya sinar matahari yang merekah, kunci agar kita menjalani hidup dengan penuh gairah dan semangat. Doa di pagi hari adalah seperti suasana pagi yang masih sunyi, kunci agar kita terus mempertajam kepekaan kita terhadap “sinyal-sinyal” dari Tuhan.

Sungguh patut disayangkan kalau kita lebih suka meributkan secangkir kopi hangat daripada doa. Sungguhhttp://www.blogger.com/img/blank.gif patut disayangkan kalau kita lebih asyik dengan bergumul dengan bantal dan guling daripada bergumul di dalam doa. Bukankah kita pernah mendengar sebuah kata populer seperti ini : If you win the morning, you will win the day. Jika Anda berhasil menang di pagi hari, maka Anda akan menang dalam sepanjang hari. Jika kita bisa menang atas kedagingan kita di pagi hari dengan memulainya dalam doa, maka sepanjang hari itu juga kita akan beroleh kemenangan-kemenangan. Daud memulainya harinya dengan doa. Yesus juga selalu mengawali hari-hariNya dengan doa. Itulah kunci kemenangan dalam kehidupan mereka. Jadi, hari ini gini belum doa juga? Malu dong ...


Milikilah komitmen untuk tidak memulai hari tanpa doa lebih dulu.


» Artikel Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit
Baca Selanjutnya..

Senin, 19 Maret 2012

Kegagalan

Ibrani 12:10-13
Tidak pernah ada orang yang tiba-tiba menjadi ahli pada kesempatan pertama. Justru pada kesempatan phttp://www.blogger.com/img/blank.gifertama kebanyakan orang mengalami kegagalan. Pada kesempatan pertama saya belajar motor, saya berhasil menabrakkan motor ayah saya dan membuatnya masuk bengkel. Pada kesempatan pertama saya menyetir mobil, mobil tersebut berhenti di suatu tanjakan kecil, dan teman yang mengajari saya harus mengambil alih kemudi. Pada kesempatan pertama saya belajar renang, saya banyak menenggak air kolam. Pada kesempatan pertama saya berbicara di depan banyak orang, saya mengucapkan banyak kalimat yang keliru, tergagap, lutut gemetaran dan berkeringat banyak.

Gagal pada kesempatan pertama bukan berarti kita tidak berbakat di bidang tersebut. Itu hanya bagian dari proses saja. Sayangnya banyak orang buru-buru berhenti ketika mengalami kegagalan pada kesempatan pertama dan berkata bahwa bidang tersebut tidak cocok baginya. Bukankah sebenarnya ini hal yang aneh? Justru sangat tidak realistis jika kita mengharapkan hasil sempurna dalam kesempatan pertama.

Kegagalan di awal bukanlah akhir segalanya. Kegagalan itu sendiri adalah proses dan bukan hasil. Jadi, jangan pernah berhenti ketika kegagalan terjadi. Teruslah melakukan perbaikan demi perbaikan. Belajarlah dari kegagalan secara terus menerus, sampai akhirnya kita menjadi ahli. Inilah mentalitas para pemenang. Inilah mentalitas http://www.blogger.com/img/blank.giforang-orang sukses. Pada kenyataannya, hampir semua orang yang ahli dibidangnya pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan mengalami kegagalan. Hanya saja mereka tidak pernah menyerah kalah, itu sebabnya hari ini mereka menjadi orang-orang yang ahli di bidang tersebut.

Sudah seharusnya kita memaafkan kesalahan atau kegagalan yang kita buat, dan jangan pernah pernah mentolerir keputusan untuk berhenti karena kegagalan yang terjadi. Saya, Anda, dan semua orang di dunia ini pernah gagal. Jadi, mengapa kita harus membedakan diri dari orang kebanyakan untuk menjadi manusia yang anti gagal?

Kesuksesan sejati akan diperoleh jika berani melewati proses bernama kegagalan

Artikel Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit

Baca Selanjutnya..

Minggu, 18 Maret 2012

Doa itu Kebutuhan


Efesus 6:10-20
Suatu waktu di gereja, seorang pendeta bertanya kepada satu keluarga, “Apakah kalian melakukan doa bersama?” “Maaf, Pak pendeta,” jawab kepala keluarga itu, “kami tidak punya waktu untuk itu.” Pendeta itu berkata, “Seandainya kamu tahu salah seorang anakmu akan sakit, apakah kalian tidak akan berdoa bersama memohon kesembuhannya?” “Oh, tentu kami akan berdoa,” jawab sang ayah. “Seandainya kamu tahu bahwa ketika kamu tidak berdoa bersama, salah satu anakmu akan terluka dalam kecelakaan, apakah kamu tidak akan berdoa bersama?” “Kami pasti akan melakukannya.” “Seandainya untuk tiap hari ketika kamu lupa berdoa, kamu akan dihukum lima ratus ribu, apakah kamu akan berdoa?” “Tentu Pak, kami akan berdoa bersama. Tapi maaf, apa maksud pertanyaan-pertanyaan tadi?” “Begini Pak, saya pikir masalah keluarga Anda bukan soal waktu. Buktinya Anda ternyata selalu punya waktu untuk berdoa. Masalahnya adalah, Anda tidak menganggap doa keluarga itu penting, sepenting membayar denda atau menjaga agar anak-anak tetap sehat.”
http://www.blogger.com/img/blank.gif
“Tuhan, ampunilah kami karena kami telah berpikir bahwa doa adalah membuang waktu dan tenaga, dan tolonglah kami agar dapat melihat bahwa tanpa doa pekerjaan kami hanya membuang waktu dan tenaga...” ungkap Peter Marshall. Ya, doa seharusnya menjadi kunci pembuka di pagi hari dan gembok pelindung di malam hari. Doa memberi kekuatan pada orang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberi keberanian pada orang yang takut. Jika kita berdoa saat kesulitan, doa itu akan meringankan kesulitan kita. Jika kita berdoa pada saat gembira, doa itu akan melipatgandakan kegembiraan kita.

Bila akhir-akhir ini kita tidak atau jarang berdoa, sekaranglah waktunya untuk memulai kembali. Komunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa dapat menciptakan keajaiban bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Ingatlah bahwa satu hari yang dilipat dalam doa tidak akan mudah dikoyakkan.

Artikel Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit
Baca Selanjutnya..